Tanggal 02 Juni 2014
Seekor kucing dengan wajah jujur membangunkan aku di pagi
hari, jilatan lidahnya yang lembut memberanikan supaya aku terbangun dan cepat
melaksanakan sholat subuh.
Ony nama kucing putih ku yang polos dan lucu menggemaskan,
temanku dikala bahagia, sedih karena kehabisan uang di akhir bulan. Iyaa itulah
nasib anak kos yang baru saja sarjana dan sekarang sedang berusaha mendapat
rezeki lebih ingin bekerja.
Dikamar kos ukuran
4x4 inilah aku ingin membagi setiap kisah petualangan hidupku.
Perkenalkan namaku Vicko Dewangga. Usia ku sekarang menginjak akan 26 tahun,
aku baru saja tamat kuliah di salah satu perguran tinggi negeri di Indonesia. Sudah
hampir enam tahun lamanya aku menjalani pendidikan di Bandung.
Senang,susah,manis,pahitnya hidup aku rasakan disini. Memang benar kata Bondan
feat to black : “hidup berawal dari mimpi,namun jangan lupa harus diwujudkan ”.
Aku di besarkan dari keluarga sederhana dan sangat minim
akan harta, namun aku mendapat banyak harta yang lain itu ialah Agama dan
Etika. Aku sangat bersyukur sekarang dengan harta yang lain itu, iya di Bandung
inilah aku mengerti “makna dari harta itu”. Dulu sekali hidupku dengan ibuku
sangat menderita. Dimulai saat perceraian kedua orangtua ku.Kelas 5 SD lebih tepatnya saat perceraian itu datang, waktu
itu umurku 10 tahun aku tak mengerti apa-apa yang sedang terjadi di waktu itu.
Bahkan sampai sekarang aku tidak ingat apa penyebabya dan kapan dimana aku tidak
tahu, tiba-tiba sudah harus ke pengadilan agama saja. Mungkin karena faktor
ekonomi, ayahku yang ingin menikah lagi, mungkin ibuku aku stress menghadapi
itu semua, karena semenjak ditinggal adek ku sewaktu aku umur 5 tahun. Sering
sekali aku mendengar cek-cok dikeluarga. Saat perceraian itupun terjadi aku
bingung tapi disisi lain aku senang karena ayahku tak akan lagi memukuli aku.
Ayahku sangat keras mendidik
anak-anaknya walaupun kelakuannya seperti itu jangan sampai anaknya meniru. Dan
aku adalah anak yang sangat bandel baik di keluarga, lingkungan, maupun
disekolah, namun ibuku yang mengajari dan menyuruhku mengaji membuat ku selalu
berfikir saat bertindak. Walau bandel aku pintar di kelas, kejadian pintar aku
alami saat sebelum perceraian, namun sesudah itu nilaiku banyak yang jeblok
hingga aku tidak naik kelas. Aku ikut dengan ibuku aku, ibuku luntang lantung
berusaha sendiri tiap hari hampir tiap menitnya beliau berfikir bagaimana
melanjutkan hidup walau aku akan dapat jatah perbulan 100 ribu rupiah dari
ayahku, namun itu tidaklah cukup karena butuhan semakin meningkat.
Ibuku
mengajari aku cara berdagang. Berdagang donat dan gorengan itulah yang disuruh lakukan
kepadaku , makanan ringan itu dititipkan kepada warung tetangga. Bersyukur
masih ada tetangga yang toleran seperti itu, namun ibu ku tidak mau hidup dari
belas kasihan orang. Berusaha semaksimal mungkin dan berdoa itulah Ibuku. Ada
hal yang tak akan pernah lupa saat membawa dagangan donat, suatu hari karena
merasa jengkel dengan ibuku karena dilarang terlalu banyak main, aku ngedumel
dan tiba-tiba jatuh semua donat yang hendak akan aku antar ke warung. Disini
aku melihat donat itu seperti ibu aku yang membuat dengan penuh perjuangan
cinta kasih kepada anaknya dan hidup. Karena aku takut biacara kalau aku bilang
donat it jatuh pasti akan dimarahi, jadi semua donat itu aku lap dengan kaos
aku dn dengan hati-hati agar donat yang bertaburkan meses dan gula itu tidak
pudar. Banyak pasir di kue donat itu,iy aku pede saja namanya juga anak kecil
yang polos dn ketakutan. Karena aku tidak akan dapat uang jajan jika setiap donat
itu tidak laku. Sat di warung aku menyetor sama sekali aku tidak cerita bahwa
donatnya jatuh, namun si pemilik warung melihat luka berdarah di dengkul aku.
Mungkin karena terjatuh tadi, saat ditanya kenapa, aku langsng jawab habis
jatuh main bola tadi. iyaaah..itu adalah masa dimana aku kecil telah menangis dan merasakan pahitnya mencari uang.
Guys... you are, reader, apalah sebutan kalian yang membaca secuil cerita ini, BERSYUKURLAH masih mempunyai dan memiliki LENGKAP kedua orang tua. Jujur saja aku iri ingin menggenggam kedua tangan kedua orang tua aku nggak bisa, bahkan saat ayahku wafat. aku harus datang terlambat ke pemakaman karena penerbangan dari Bandung ke Surabaya sewaktu itu di tunda. Kebahagian paling sempurna bagiku sendiri adalah melihat orang tua tersenyum. sekarang tinggal bagaimana kalian menyikapinya. Bersyukur,bersyukur dan bersyukur
My pet :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar