Jumat, 23 Januari 2015

Aku, Ibu dan Hidup



Tanggal 02 Juni 2014

Seekor kucing dengan wajah jujur membangunkan aku di pagi hari, jilatan lidahnya yang lembut memberanikan supaya aku terbangun dan cepat melaksanakan sholat subuh.
Ony nama kucing putih ku yang polos dan lucu menggemaskan, temanku dikala bahagia, sedih karena kehabisan uang di akhir bulan. Iyaa itulah nasib anak kos yang baru saja sarjana dan sekarang sedang berusaha mendapat rezeki lebih ingin bekerja.

Dikamar kos ukuran  4x4 inilah aku ingin membagi setiap kisah petualangan hidupku. Perkenalkan namaku Vicko Dewangga. Usia ku sekarang menginjak akan 26 tahun, aku baru saja tamat kuliah di salah satu perguran tinggi negeri di Indonesia. Sudah hampir enam tahun lamanya aku menjalani pendidikan di Bandung. Senang,susah,manis,pahitnya hidup aku rasakan disini. Memang benar kata Bondan feat to black : “hidup berawal dari mimpi,namun jangan lupa harus diwujudkan ”.

Aku di besarkan dari keluarga sederhana dan sangat minim akan harta, namun aku mendapat banyak harta yang lain itu ialah Agama dan Etika. Aku sangat bersyukur sekarang dengan harta yang lain itu, iya di Bandung inilah aku mengerti “makna dari harta itu”. Dulu sekali hidupku dengan ibuku sangat menderita. Dimulai saat perceraian kedua orangtua ku.Kelas 5 SD lebih tepatnya saat perceraian itu datang, waktu itu umurku 10 tahun aku tak mengerti apa-apa yang sedang terjadi di waktu itu. Bahkan sampai sekarang aku tidak ingat apa penyebabya dan kapan dimana aku tidak tahu, tiba-tiba sudah harus ke pengadilan agama saja. Mungkin karena faktor ekonomi, ayahku yang ingin menikah lagi, mungkin ibuku aku stress menghadapi itu semua, karena semenjak ditinggal adek ku sewaktu aku umur 5 tahun. Sering sekali aku mendengar cek-cok dikeluarga. Saat perceraian itupun terjadi aku bingung tapi disisi lain aku senang karena ayahku tak akan lagi memukuli aku. Ayahku  sangat keras mendidik anak-anaknya walaupun kelakuannya seperti itu jangan sampai anaknya meniru. Dan aku adalah anak yang sangat bandel baik di keluarga, lingkungan, maupun disekolah, namun ibuku yang mengajari dan menyuruhku mengaji membuat ku selalu berfikir saat bertindak. Walau bandel aku pintar di kelas, kejadian pintar aku alami saat sebelum perceraian, namun sesudah itu nilaiku banyak yang jeblok hingga aku tidak naik kelas. Aku ikut dengan ibuku aku, ibuku luntang lantung berusaha sendiri tiap hari hampir tiap menitnya beliau berfikir bagaimana melanjutkan hidup walau aku akan dapat jatah perbulan 100 ribu rupiah dari ayahku, namun itu tidaklah cukup karena butuhan semakin meningkat. 

Ibuku mengajari aku cara berdagang. Berdagang donat dan gorengan itulah yang disuruh lakukan kepadaku , makanan ringan itu dititipkan kepada warung tetangga. Bersyukur masih ada tetangga yang toleran seperti itu, namun ibu ku tidak mau hidup dari belas kasihan orang. Berusaha semaksimal mungkin dan berdoa itulah Ibuku. Ada hal yang tak akan pernah lupa saat membawa dagangan donat, suatu hari karena merasa jengkel dengan ibuku karena dilarang terlalu banyak main, aku ngedumel dan tiba-tiba jatuh semua donat yang hendak akan aku antar ke warung. Disini aku melihat donat itu seperti ibu aku yang membuat dengan penuh perjuangan cinta kasih kepada anaknya dan hidup. Karena aku takut biacara kalau aku bilang donat it jatuh pasti akan dimarahi, jadi semua donat itu aku lap dengan kaos aku dn dengan hati-hati agar donat yang bertaburkan meses dan gula itu tidak pudar. Banyak pasir di kue donat itu,iy aku pede saja namanya juga anak kecil yang polos dn ketakutan. Karena aku tidak akan dapat uang jajan jika setiap donat itu tidak laku. Sat di warung aku menyetor sama sekali aku tidak cerita bahwa donatnya jatuh, namun si pemilik warung melihat luka berdarah di dengkul aku. Mungkin karena terjatuh tadi, saat ditanya kenapa, aku langsng jawab habis jatuh main bola tadi. iyaaah..itu adalah masa dimana aku kecil telah menangis dan merasakan pahitnya mencari uang.

Guys... you are, reader, apalah sebutan kalian yang membaca secuil cerita ini, BERSYUKURLAH masih mempunyai dan memiliki LENGKAP kedua orang tua. Jujur saja aku iri ingin menggenggam kedua tangan kedua orang tua aku nggak bisa, bahkan saat ayahku wafat. aku harus datang terlambat ke pemakaman karena penerbangan dari Bandung ke Surabaya sewaktu itu di tunda. Kebahagian paling sempurna bagiku sendiri adalah melihat orang tua tersenyum. sekarang tinggal bagaimana kalian menyikapinya. Bersyukur,bersyukur dan bersyukur




My pet : 
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
Selalu menyukai Teknologi dan olahraga yang selalu membuat badan jiwa dan rohani kita Sehat.Cintai Kebersihan karena Sebagiannya adalah Iman. Dan yang penting BERBAHAGIALAH

Waktu adalah Uang

please translate